Paranoid adalah ajektiva, kata sifat, untuk penderita paranoia. Paranoia didefinisikan sebagai penyakit mental di mana seseorang meyakini bahwa orang lain ingin membahayakan dirinya. Sedang dalam kamus Webster, paranoia didefinisikan sebagai gangguan mental yang ditandai dengan kecurigaan yang tidak rasional/logis (wikipedia.org). Paranoid
didefinisikan sebagai rasa ketakutan yang tak bisa ditemukan dan
menyebabkan kita merasa ada orang yang ingin melukai kita. Ini juga
mencakup kecurigaan orang lain akan mengecewakan atau mengganggu kita (Magdalena, 2008). Ahli-ahli teori psikoanalisa berpendapat bahwa paranoid personality disorder
adalah hasil dari kebutuhan orang-orang untuk menolak perasaan
sebenarnya dan memproyeksikan perasaannya tersebut ke dalam diri orang
lain. Kemudian ahli-ahli teori kognitif melihat paranoid personality disorder sebagai
hasil dari sebuah keyakinan yang mendasar bahwa orang lain sebagai
orang yang berhati dengki dan memperdaya, dikombinasikan dengan
kurangnya rasa percaya diri dalam mempertahankan diri menghadapi orang
lain (Wiramihardja, 2005).
Gangguan kepribadian paranoid (paranoid personality disorder;
PPD) adalah suatu kondisi karakteristik dimana individu tidak dapat
mempercayai dan curiga terhadap orang lain secara berlebihan. Dikatakan
sebagai bentuk gangguan bila perilaku tersebut sifatnya menetap,
mengganggu dan membuat tertekan (distressing). Akan tetapi, perilaku ini
tidak disebut sebagai bentuk gangguan kepribadian bila kemunculan
perilaku tersebut disebabkan oleh skizofrenia, gangguan mood (seperti depresi berat)
dengan gejala psikotik, atau gangguan psikotik lainnya (faktor
neurologi), atau sebab-sebab yang diakibatkan oleh kondisi medis
(pikirdong.org).
Individu
dengan gangguan kepribadian paranoid sulit percaya dan curiga
berlebihan ketika berinteraksi dengan orang lain sehingga individu PPD
merasa takut untuk dekat dengan siapa pun, mencurigai orang asing
meskipun orang itu tidak tepat untuk dicurigai.
Individu
PPD mempunyai teman yang sedikit, sulit mempercayai orang lain membuat
individu ini tidak dapat diajak kerjasama dalam sebuah tim. Namun
demikian, bukan berarti gangguan kepribadian paranoid tidak dapat
menikah. Kecemburuan dan keinginan untuk mengontrol pasangannya menjadi
bagian patologi dalam hubungan dengan pasangannya.
Hampir
setiap saat individu PPD kesulitan untuk bersikap tenang untuk tidak
mencurigai orang lain, kadang mereka sengaja mencari-cari orang untuk
menjadi tersangka dan patut untuk dicurigai. Rasa takut yang muncul
justru membuat individu tersebut tidak dapat berbuat apa-apa (gugup)
ketika orang yang dicurigainya berada dekat dengannya. Seringnya
individu PPD melakukan penolakan baik dengan konfrontasi, agresif atau
perselisihan membuat mereka memilih tidak bersahabat dengan orang itu
dan memilih diri untuk menyendiri.
Individu dengan gangguan ini biasanya mencurigai, hypersensitive, rigid, anxious (pencemburu) dan argumentative (suka berdebat). Mereka cenderung melihat diri sendiri sebagai yang baik, yang tidak memiliki cacat, dan jarang mampu melihat kekurangan dirinya, meskipun dia tahu.
Ciri dari paranoid personality disorder adalah penghayatan, ketidakberalasan, dan ketidakpercayaan pada orang lain. Orang dengan gangguan ini meyakini bahwa orang lain secara kronis mencoba untuk menipu atau mencurangi mereka, atau memanfaatkan mereka dan terokupasi (terus-menerus) dengan memperhatika kesetiaan dan sifat-sifat yang dapat dipercaya dari orang lain. Mereka merupakan orang-orang yang sangat waspada untuk menunjukan fakta-fakta dari kecurigaan mereka. Selain itu, orang-orang paranoid juga sangat sensitive terhadap kritik atau potensi-potensi kritik. Orang-orang paranoid salah menafsirkan atau terlalu berlebihan dalam menafsirkan situasi-situasi yang mereka curigai. Sebagai contoh, seorang suami dengan kuat menginterpretasikan (menafsirkan) kegembiraan istrinya pada suatu malam sebagai bukti bahwa ia memiliki hubungan (selingkuh) dengan laki-laki lain di tempat kerjanya.
2. Gejala Paranoid.
Beberapa gejala yang ditunjukan dalam gangguan kepribadian paranoid antara lain adalah (ruangpsikologi.com):
a. Kecurigaan yang sangat berlebihan.
b. Meyakini akan adanya motif-motif tersembunyi dari orang lain.
c. Merasa akan dimanfaatkan atau dikhianati oleh orang lain.
d. Ketidakmampuan dalam melakukan kerjasama dengan orang lain.
e. Isolasi sosial.
f. Gambaran yang buruk mengenai diri sendiri.
g. Sikap tidak terpengaruh.
h. Rasa permusuhan.
i. Secara terus menerus menanggung dendam yaitu dengan tidak memaafkan kerugian, cedera atau kelalaian.
j. Merasakan
serangan terhadap karakter atau reputasinya yang tidak tampak bagi
orang lain dan dengan cepat bereaksi secara marah dan balas menyerang.
k. Enggan
untuk menceritakan rahasia orang lain karena rasa takut yang tidak
perlu bahwa informasi akan digunakan secara jahat untuk melawan dirinya.
l. Kurang memiliki rasa humor.
Mereka
yang memiliki gangguan ini menunjukan kebutuhan yang tinggi terhadap
mencukupi dirinya, terkesan kaku dan bahkan memberikan tuduhan kepada
orang lain. Dikarenakan perilaku menghindar mereka terhadap kedekatan
dengan orang lain menjadikan mereka terlihat sangat penuh perhitungan
dalam bertindak dan juga berkesan dingin. Dari hasil penelitian
ditemukan bahwa kebanyakan gangguan ini ditemukan pada pria dibandingkan
pada perempuan.
3. Penyebab.
Secara
spesifik penyebab dari munculnya gangguan ini masih belum diketahui,
namun seringkali dalam suatu kasus muncul pada individu yang memiliki
anggota keluarga dengan gangguan skizofrenia, dengan kata lain faktor
genetik masih mempengaruhi. Gangguan kepribadian paranoid juga dapat
disebabkan oleh pengalaman masa kecil yang buruk ditambah dengan keadaan
lingkungan yang dirasa mengancam. Pola asuh dari orang tua yang
cenderung tidak menumbuhkan rasa percaya antara anak dengan orang lain
juga dapat menjadi penyebab dari berkembangnya gangguan ini
(ruangpsikologi.com).
4. Penanggulangan/Treatment.
Perawatan
untuk gangguan kepribadian paranoid akan sangat efektif untuk
mengendalikan paranoia (perasaan curiga berlebih) penderita, namun hal
itu akan selalu menjadi sulit dikarenakan penderita akan selalu memiliki
kecurigaan kepada dokter atau terapis yang merawatnya. Jika dibiarkan
saja maka keadaan penderita akan menjadi lebih kronis. Perawatan yang
dilakukan, meliputi sistem perawatan utama dan juga perawatan yang
berada di luar perawatan utama (suplement), seperti program untuk
mengembangkan diri, dukungan dari keluarga, ceramah, perawatan di rumah,
membangun sikap jujur kepad diri sendiri, kesemuanya akan
menyempurnakan dan membantu proses penyembuhan penderita. Sehingga
diharapkan konsekuensi sosial terburuk yang biasa terjadi dari gangguan
ini, seperti perpecahan keluarga, kehilangan pekerjaan dan juga tempat
tinggal dapat dihindari untuk dialami oleh si penderita
(ruangpsikologi.com).
a. Medikasi
Medikasi atau pengobatan untuk gangguan kepribadian
paranoid secara umum tidaklah mendukung, kecenderungan yang timbul
biasanya adalah meningkatnya rasa curiga dari pasien yang pada akhirnya
melakukan penarikan diri dari terapi yang telah dijalani. Para
ahli menunjuk pada bentuk perawatan yang lebih berfokus kepada kondisi
spesifik dari gangguan tersebut seperti kecemasan dan juga delusi,
dimana perasaan tersebut yang menjadi masalah utama perusak fungsi
normal mental penderita. namun untuk penanggulangan secara cepat
terhadap penderita yang membutuhkan penanganan gawat darurat maka
penggunaan obat sangatlah membantu, seperti ketika penderita mulai
kehilangan kendali dirinya seperti mengamuk dan menyerang ornag lain.
b. Psikoterapi
Kesulitan yang
dihadapi oleh terapist pada gangguan ini adalah penderita tidak
menyadari adanya gangguan dalam dirinya dan merasa tidak memerlukan
bantuan dari terapist. Kesulitan lain yang dihadapi terapis bahwa
individu PDD sulit menerima terapis itu sendiri, kecurigaan dan tidak
percaya membuat terapi sulit dilakukan (pikirdong.org).
Walau
penderita gangguan kepribadian paranoid biasanya memiliki inisiatif
sendiri untuk melakukan perawatan, namun sering kali juga mereka sendiri
juga lah yang menghentikan proses penyembuhan secara prematur ditengah
jalan. Demikian juga dengan pembangunan rasa saling percaya yang
dilakukan oleh sang terapis terhadap klien, dimana membutuhkan perhatian
yang lebih, namun kemungkinan akan tetap rumit untuk dapat mengarahkan
klien walaupun tahap membangun rasa kepercayaan telah terselesaikan.
Kemungkinan
jangka panjang untuk penderita gangguan kepribadian paranoid bersifat
kurang baik, kebanyakan yang terjadi terhadap penderita dikemudian hari
adalah menetapnya sifat yang sudah ada sepanjang hidup mereka, namun
dengan penanganan yang efektif serta bersifat konsisten maka kesembuhan
bagi penderita jelas masih terbuka.
Metode
pengembangan diri secara berkelompok dapat dilakukan kepada penderita
walau memiliki kesulitan saat pelaksanaannya. Kecurigaan tingkat tinggi
dan rasa tidak percaya pada penderita akan membuat kehadiran kelompok
pendukung menjadi tidak berguna atau bahkan lebih parahnya dapat
bersifat merusak bagi diri penderita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar